Selasa, 20 Mei 2014

Sejarah Animasi di Indonesia

Perjalanan Animasi Indonesia 

Achmad Rofiq bersama  mas Chandra Endroputro (Pixel Efekt)
Sejarah animasi di Indonesia bermula pada tahun 1955, dimana penayangan film Si Doel Memilih karya Dukut Hendronoto telah menancapkan tonggak dimulainya sejarah animasi modern di negeri kita. Dukut Hendronoto atau lebih dikenal sebagai Pak Ooq, yang dikirim oleh Pusat Film Negara (PFN) pada tahun 1950-an silam untuk memperoleh pendidikan studio Walt Disney, hanya mampu menggetok-tularkan pengetahuannya pada segelintir orang, termasuk dirinya, yang kemudian menggambar, membuat film animasi dengan "plastik taplak meja", karena tidak mampu membeli celluloid animation yang pada periode 1970-an sangat mahal dan langka. Meski demikian, semangat membuat film animasi tetap ada, dan filmnya, Kayak Beruang, film animasi berdurasi kurang-lebih 5 menitan, memperoleh hadiah dalam lomba film mini Dewan Kesenian Jakarta pada awal tahun 1970-an.

Keberlangsungan animasi di tanah air kemudian dilanjutkan oleh stasiun TVRI yang menampilkan program-program animasi di beberapa segmen tayangannya. Hingga tahun 1970-an, film animasi semakin bermunculan, ditandai oleh film Si Huma produksi PPFN yang cukup fenomenal (karya Pak Partono Soenyoto). Dilanjutkan dengan Si Unyil karya Pak Raden (Drs. Suyadi) dalam salah satu episode berupa animasi gabungan stop motion, paper cut & 2D bercerita tentang TIMUN MAS.


bersama  animator senior: pak Partono Soenyoto (animator si HUMA)
 & Wiryadi Dharmawan (DGM Animation)


Di akhir tahun 80-an menjelang 90-an awal ditandai munculnya beberapa perusahaan animasi yang menerima order dari luar negeri seperti Asiana Wang Animation (kerja sama dengan Wang Film Animation, Taiwan) yang bergaya Disney, sedangkan untuk gaya Jepang/ Anime ada Evergreen, Marsa Juwita Indah di Bali, dll. Lalu dilanjutkan dengan munculnya Red Rocket di Bandung, Bening di Yogyakarta, Tegal Kartun, dan seterusnya hingga muncul di tahun 90-an, beberapa perusahaan animasi yang juga mengerjakan 3D animasi seperti Kasatmata, Matahari Studio (lebih ke game animation), dan generasi baru seperti Wahyu Aditya dengan Hello;motion-nya.
Pertama kali animasi Indonesia dipresentasikan dunia luar adalah saat Dwi Koendoro diundang undang untuk memngikuti Festival Animasi Internasional di Hiroshima Jepang pada tahun 1994. Pada saat presentasi, beliau mengatakan ”…we, Indonesian have the origin of animation…” Beliau tambah dengan beberapa contoh mengenai pewayangan. Bagi yang mengenal wayang, mereka membenarkan, bagi yang tidak mengenal wayang, mereka ingin mengetahui bahkan memperdalam.

Di kota pahlawan Surabaya tampil PT INDEX di bawah pimpinan Yuwono. Yang karya film penyuluhannya memenangkan penghargaan dari FSI 1994. Yuwono tak hanya melakukan eksperimen, namun sudah mampu memproduksi karya animasi baik untuk keperluan film iklan maupun serial TV. Tercatat serial animasi 3D : HELLA, HELLI, HELLO. Sebelum film 3D Animation pertama studio Disney TOY STORY di putar di Indonesia.



Pada tahun 2000-an, film animasi layar lebar Homeland dan Janus Prajurit Terakhir sempat memberi kita harapan akan masa depan industri film yang bercikal bakal dari artwork komik. Video klip dengan teknik animasi juga sudah menjadi tren pada tahun ini, sebut saja video klip “Bayangkanlah” yang dilantunkan oleh grup band Padi. Video klip itu menceritakan tekanan kekerasan dunia yang mengancam kehidupan manusia dibuat oleh Wahyu Aditya yang juga seorang pemilik sekolah animasi “HelloMotion di Jakarta.
Pria 28 tahun kelahiran Malang itu juga telah banyak mendapatkan kesempatan berkeliling dunia karena prestasinya dibidang animasi baik melalui festival internasional maupun undangan sebagai nara sumber seminar di luar negeri.

Wahyu Aditya
Pada sekitar tahun 2006, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran Industri Kreatif “Cams Solution” yang berdiri di kawasan BSD Tanggerang. Perusahaan ini didirikan oleh Peni Cameron, wanita yang sudah tidak asing lagi di dunia animasi di Indonesia. Meskipun bukan animator, beliau adalah salah satu pendiri AINAKI. Kiprahnya untuk memajukan industri animasi di Indonesia semakin berpijar ketika beliau membuat sebuah program Road To Animation Festivals 2007 dengan menggelar road show (seminar dan diskusi animasi ) di 12 kota, yakni Medan, Padang, Jakarta, bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Balikpapan, Manado, Makasar dan Jayapura. Program tersebut juga didukung oleh Kementrian Negara Riset dan Teknologi, TV Lokal, SMKN 5 Yogyakarta, SMKN 14 Bandung, SMKN 9 Malang, SMKN 5 Malang, SMKN Denpasar dan lain-lain.

Road to Animation Festival & CAM's award
Beberapa festival juga berhasil diselenggarakan mulai tahun 2007 antara lain CAMS AWARD dan Indonesia Creative Idol. Program penyiaran serial animasi juga mulai ditayangkan di 25 stasiun TV lokal se – Indonesia. Program penyiaran tersebut tentunya menayangkan film seri animasi yang diproduksi oleh CAM’S dan beberapa studio animasi ternama di Indonesia antara lain, Kojo Anima – Bandung dan K-deep Animation (sekarang DGMaxinema)– Malang. 

Adapun beberapa pameran atau festival animasi yang pernah diadakan di Indonesia antara lain :
·         FFAI (Festival Film Animasi Indonesia) – Dewan kesenian Jakarta 
·          PEKAN (Pekan Komik dan Animasi Nasional) – DEPBUDPAR & DEPDIKNAS 
·         FAN (Festival Animasi Nasional) – Depdiknas & AINAKI
·         Urbanimation – Dewan Kesenian Jakarta
·         Hello;Fest – Hello;Motion – tahunan
·         FGAI (Festival Game dan Animasi Indonesia) – Depdiknas 

Cukup menarik apabila dilihat pada daftar beberapa kegiatan animasi yang telah disebutkan diatas, bahwa ada beberapa even yang diadakan oleh Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional). Hal ini tidak lain adalah karena komitmen yang besar akan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas animasi di Indonesia dari beberapa tokoh penting di Departemen tersebut seperti Dr. Ir. Gatot Hari Priyowirjanto yang telah bersemangat bersama praktisi dan komunitas animasi untuk membuat gebrakan industri animasi Indonesia, atas prakarsa beliau jugalah “Kampung Animasi” didirikan di kota Malang.
Adapun beberapa nama yang seringkali muncul diberbagai festival seperti Wiryadi Dharmawan, Tosan Priyonggo, M. Solikin, Firman Widyasmara, Gangsar Waskito adalah sebagian dari beberapa animator yang sampai sekarang masih memproduksi film-film animasi pendek yang diperuntukkan sebagai hobi dan untuk kepentingan eksperimental serta festival. 

Talenta animasi di Indonesia
Dalam perjalanan animasi Indonesia, keberadaan talenta animator di Indonesia sendiri amatlah sangat banyak dan juga tak kalah maju dengan negara-negara asia lainnya. Hanya saja keberadaan mereka tidak didukung oleh manajement yang kuat dan rapi. Sama seperti halnya seniman, animator juga harus didukung oleh banyak aspek yang berhubungan langsung dengan pemerintah dan tenaga kerja (industri) agar karya animasi bisa bergaung di dalam dan  di luar negeri. Animator Indonesia sudah biasa menggambar atau membuat wayang kulit maupun wayang golek, leluhur kita piawai dalam membuat candi & pura, sehingga gambar detail dan indah bukan masalah bagi masyarakat Indonesia.
Sekarang ini, di Jakarta jauh lebih susah/ langka mencari animator 2D ( yang berstandard internasional) dibandingkan mencari animator 3D, beberapa animator 2D yang handal, kini bergabung dengan rumah produksi maupun post production, yang mengerjakan TV commercial dll.

Beberapa tokoh animator di Indonesia yang masih terus berkarya adalah  Dwi Koendoro (dengan Pailul-nya), Gatot Prakosa yang senimator (seniman animator di IKJ), Pak Suyadi/ Pak Raden & Pak Denny Djunaid yang berjuang di era animasi TV swasta pertama (sejaman dengan munculnya RCTI) untuk iklan, Poppy Palele yang mendalangi para animator di Red Rocket, lalu beberapa nama yang membuat 3D animasi seperti Mas Chandra Endroputro, untuk JANUS; film layar lebar gabungan life & 3D, Deddy Samsudin untuk berbagai animasi iklan TV, hingga yang terbaru para animator yang tengah menyiapkan animasi layar lebar Sing to the Dawn, dari Infinite Frameworks Batam. Deswara Aulia dengan siaran radio mengenai animasinya di internet, serta Bambang Gunawan atau yang lebih dikenal sebagai Mas Be dengan blog dan buku “nganimasi” kreatifnya.

Janus Prajurit terakhir -film animasi live-action pertama Indonesia
  (produksi Pixel Efekt)
Diluar nama-nama yang telah saya sebutkan diatas, masih ada sederet talent-talenta animasi lain yang banyak mendapat sorotan media atas kiprah mereka di film-film internasional: seperti Rini Triyani Sugianto ( animator The Adventure of Tintin: Secret of The Unicorn ), Marsha Chikita Fawzi ( yang terlibat juga dalam pengerjaan animasi Ipin Upin karya Las' Copaque Malaysia) dan beberapa nama-nama lain yang tidak bisa saya sebutkan secara komplit disini. (sumber: 7 animator Indonesia Berprestasi Internasional )
http://rofiqartoon.blogspot.com/2013/06/perjalanan-animasi-indonesia.html

Sejarah Animasi Indonesia

Sejarah Animasi Indonesia  mulai diketahui sejak ditemukannya Cave Pinting yang bercerita mengenai binatang buruan atau hal-hal yang berbau mistis. Sejak tahun 1933 di Indonesia banyak koran lokal yang memut iklan Walt Disney. Kemudian pada tahun 1955, Presiden Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama Dukut Hendronoto (Pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney. Setelah belajar selama 3 bulan, ia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama bernama “Si Doel Memilih”. Film animasi 2 dimensi tentang kampanye pemilihan umum pertama di Indonesia itu menjadi awal dimulainya animasi modern di Indonesia.
Pada tahun 1963 Dukut Hendronoto (Pak Ook)  pindah ke salah satu stasiun TV di Indonesia milih Negara dan mengembangkan animasi di sana dalam salah satu program namun kemudian program itu dilarang. Di tahun tersebut stasiun TV tersebut merupakan stasiun TV yang ada di Indonesia. Stasiun ini sudah memulai  menayangkan film-film yang dibuat oleh Walt Disney dan Hanna-Barbera, sekitar tahun 1970.
Pada tahun 70-an terdapat studio animasi di Jakarta bernama Anima Indah yang didirikan oleh seorang warga Amerika. Anima Indah termasuk yang mempelopori animasi di Indonesia karena menyekolahkan krunya di Inggris, Jepang,Amerika dan lain-lain. Anima berkembang dengan baik namun hanya berkembang di bidang periklanan. Di tahun 70-an banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm, terlalu banyaknya penggunaan kamera untuk membuat film tersebut, akhirnya menjadi penggagas adanya festival film, di festival film itu juga ada beberapa film animasi Batu Setahun, Trondolo dll.
Pada tahun 90-an sudah banyak berbagai film animasi diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang, Satria Nusantara yang kala itu masih menggunakan kamera film seluloid 35 mm. Kemudian ada serial “Hela,Heli,Helo” yang merupakan film animasi 3D pertama yang di buat di Surabaya. Tahun 1998 mulai ada film-film animasi yang berbasis cerita rakyat seperti Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Mas dan petualangan si Kancil, dan an pada era 90-an ini banyak terdapat animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari negara Jepang seperti Doraemon dll.
Diantara sekian banyak studio animasi yang terdapat di Indonesia, Red Rocket Animation termasuk yang paling produktif. Pada tahun 2000 Red Rocket memproduksi beberapa serial animasi TV seperti Dongeng Aku dan Kau, Mengapa Domba Bertanduk dan Berbuntut Pendek, dll. Pada masa ini serial animasi cukup populer karena sudah menggabungkan 2D animasi dengan 3D animasi. Lalu pada tahun 2003, serial 3D animasi merambah ke layar lebar diantaranya “Janus Perajurit Terakhir”
Pada 7 Mei 2004, hadir film 3D animasi berdurasi panjang (full animation) buatan Indonesia sekitar 30 menit yaitu “Homeland” yang ceritanya diolah bersama tim Visi Anak Bangsa dan Kasatmata. Film ini berkisah soal petulangan seorang bocah bernama Bumi yang berusaha menemukan tempat tinggalnya di dunia yang imajiner. Dalam menempuh perjalanan itu Bumi ditemani beragam binatang yang memiliki indra dan berjiwa dan mempunyai kepribadian serta bisa berbicara sebagaimana layaknya manusia. Film ini digarap selama satu tahun di bawah payung Studio Kasatmata di Jogjakarta.
Di antara suguhan berbagai serial kartun dari Nickelodeon, menyelipkan satu program anak-anak Kabayan dan Liplap. Animasi buatan asli anak negeri ini yang merupakan buah karya Castle Production, perusahaan animasi lokal yang sebelumnya lebih sering menangani proyek animasi untuk negara lain. Animasi ini mencitrakan Kabayan sebagai seorang anak berumur 10 tahun, bertubuh gemuk, rajin, jujur, dan bijaksana. Kabayan memiliki teman imajinasi seekor kunang-kunang bernama Lip Lap. Dia selalu mengikuti dan menemani Kabayan ke mana pun. Lip Lap sering menyemangati Kabayan bila sedang putus asa dan mengingatkan bocah tersebut bila berbuat salah.
Pada tahun 2008, Indonesia  berhasil membuat film animasi 3D pertama yang ditayangkan di layar lebar dan juga sudah berhasil Go Internasional (didistribusikan ke berbagai negara mulai dari Singapura, Korea, dan Rusia). Film animasi yang berjudul “Meraih Mimpi” tersebut diproduksi Infinite Frameworks (IFW), studio animasi yang berpusat di Batam. Film ini merupakan adapatasi dari buku karya Minfung Ho berjudul Sing to The Dawn. Buku tersebut bercerita tentang kakak beradik yang berusaha melindungi tempat tinggal mereka dari kontraktor penipu. IFW membuat adapatasi buku Minfung Ho tersebut atas permintaan pemerintah Singapura yang ingin buku wajib baca di beberapa SD di Singapura tersebut dibuatkan filmnya. Begitu mendapat tawaran, IFW langsung memulai pengerjaan film Sing to The Dawn. Dan untuk diketahui lebih dari 150 animator yang turut andil di dalamnya

7 Animator Asal Indonesia yang Mendunia
1.     Rini Sugianto
Berawal dari kecintaan terhadap karakter fiksi seorang jurnalis berjambul bernama Tintin, seorang animator muda asal Indonesia bernama Rini Sugianto sukses menembus kancah perfilman Hollywood. Rini, lulusan S2 dari Academy of Arts di San Francisco, California, yang saat ini bekerja sebagai animator di perusahaan WETA digital di Selandia Baru, baru-baru ini ikut menggarap film “The Adventures of Tintin.” Dalam film ini, Rini bertindak sebagai animator dengan andil paling besar. Dia mengerjakan paling banyak adegannya, total ada 70 shot di film Tintin. Saat ini, Rini juga sedang menggarap animasi untuk film Hollywood lainnya. film The Avengers, gabungan superhero seperti “Thor” dan “Captain America”. M
2.      Griselda Sastrawinata
Griselda pindah ke AS sejak dari Bangku kelas 2 SMA dan menamatkan SMA di sana, lalu ia melanjutkan ke Art Center College of Design di Pasadena, AS. Selain bekerja di Dreamwork, Griselda juga mengajar ilmu komunikasi visual di kampus almamaternya. Shrek adalah salah satu film produksi dari Hollywood yang melibatkan Griselda Sastrawinata, seorang animator asal Indonesia yang tinggal di California, Amerika. Ia bekerja untuk studio animasi terkenal Dreamwork. Perusahaan film animasi inilah yang sudah memproduksi berbagai film terkenal seperti Kungfu Panda, Madagascar, Monster Aliens, serta banyak yang terkenal lainnya.
3.      Andre Surya
Lahir di Jakarta, 1 Oktober 1984, studi di Jurusan Desain Komunikasi Visual Univeritas Tarumanagara, Jakarta. Andre adalah satu-satunya digital artist asal Indonesia. Ia bernaung di divisi Industrial Light and Magic (ILM) Lucasfilm Singapore. Lucasfilm merupakan salah satu production company tersukses di dunia, yang didirikan tahun 1971 oleh George Lucas, sutradara Star Wars. Karya lainnya, City of Enhasa, juga meraih juara satu di Future World Contest. Iron Man adalah film pertama yang ia kerjakan. Setelah itu, ia terlibat dalam penggarapan sejumlah judul film seperti Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of the Fallen, dan Iron Man 2. Ia juga ikut menggarap Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, Surrogates, dan Transformers: Revenge of the Fallen.
4.      Christiawan Lie
Chris Lie, tamatan ITB dan peraih beasiswa full bright untuk kuliah di jurusan sequential art (komik) di Savannah College of Art and Design, Amerika Serikat merupakan salah satu pekerja dibalik layar beberapa film terkenal. Sebut saja Transformers 3, GI Joe, hingga yang terbaru Spiderman 4. Bahkan,saat ini dia juga tengah merampungkan beberapa proyek gim, seperti Starwars dan Lord of the Rings.
5.      Wirawinata
Lulusan Nanyang Polytechnic (Singapore) dan Art Centre Collage of Design (Passadena/ CA-US) ini awal nya sekedar menyelesaikan film animasi “The Little Red Plane” sebagai final project kelulusan di Art Centre, dan iseng” mengirimkan film mereka ke festival film animasi Internasional. Diluar dugaan The Litte Red Plane meraih banyak penghargaan seperti medali emas Student Emmy Award dan Dance With Film, Piala Kristal di Festival Film Heartland, serta ditayangkan khusus di Festival Film Cannes. Kini Wira dengan perusahaan yang didirikannya Shadedbox mulai beralih ke dunia animasi komersial, dengan bekerja sama dengan Cartoon Network, The Gotham Group, Buena Vista Games, Sony Computer Entertainment of America, Microsoft, Midway Games dan Landor. Karya lainnya seperti pembuatan animasi iklan: Burger King, Toyota Yaris, Air Transport Authority dan FIlm Animasi Desperate Housewives.
6.      Marsha Chikita
Animator Film Upin-Ipin namanya Marsha Chikita, Putri Ikang Fawzi , kiki panggilan akrab anak ikang fauzi ini saat memulai Karirnya saat ikut program magang di perusahaan di Las’ Copaque Production(rumah produksi yang membuat film animasi Upin-Ipin). Sejak awal 2010, dia diterima di sana. Bahkan, dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut. Dia terjun langsung ikut membuat animasi film anak-anak yang banyak digemari di Indonesia itu. Meski magang, Kiki sudah dibayar RM 500 (ringgit Malaysia) atau Rp 1.400.000 (kurs 1 RM = Rp 2.800) per bulan. Lantaran pekerjaannya dinilai istimewa, Kiki akhirnya diterima sebagai karyawan dengan gaji lebih besar. Awalnya, Marsha bekerja serabutan di studio itu.
7.      Pamela Halomoan
Animator dan ilustrator bernama Pamela Haloman. Di usianya yang baru 19 tahun, karya Pamela telah dinikmati masyarakat Singapura, Amerika, Inggris dan Turki. Tida hanya itu, karakter yang Ia buat telah berhasil menarik perhatian banyak pengunjung saat dipamerkan di Singapore Game Toy Comic Convention. Ribuan karakter telah dibuat oleh Pamela, namun salah satu karakter bernama “Wolly” yang membuat Pamela mendapat cukup perhatian. Wolly adalah salah satu karakter ciptaan Pamela yang digambarkan dengan muka seekor babi dengan mata setengah terbuka yang diikuti bentuk badan penggabungan dari beberapa hewan. Pameran pertama Pamela pun dilakukan di Papertoys Exhibition di Turki dan langsung mendapat perhatian dari pihak galeri.

http://andriyani53.wordpress.com/2013/10/21/sejarah-animasi-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar